"Loh kenapa harus ditunda?"
"Sudah ada pria berprofesi mulia begitu apa lagi sih buat tanda tanya?"
Sampai ke pertanyaan sekaligus pernyataan paling nyelekit;
"Untung-untung berlian macam dia mau sama kamu,sok masih mikir!"
Tanpa tanda tanya kemudian dibubuhi tanda seru.
Semudah itu dunia mengangguk iya pada jubah,gelar,masa depan yang katanya tak perlu dipertanyakan;seolah profesi mulia hanya satu saja.
Sebagai manusia,
Anak gadis biasa yang jauh dari kata berpunya,
Nafsu di dada sempat berkata betapa bangga nya mendampingi pria berprofesi mulia yang katanya idaman mertua sejagad raya.
Tapi hati masih menunggu anggukan semesta,
Sampai getar membuat debar mengetuk ikrar.
Biarlah keajaiban semesta yang bekerja.
Kalimat pamungkasku menghadapi berbagai penekanan mereka.
Gusti,
Iyakah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar