Awalnya kusangka ia,
Bunga-bunga remaja yang kan menjadi sang penyempurna,
Kusangka,
Sebuah lembaran tertunda kembali terbuka,
Kisah remaja yang dulu kuhiasi dengan semerbak sang kembang sepenuh rasa,
Ternyata,
ianya sekedar pelengkap rasa yang pernah ada,
benar kata mereka,
Perihal rasa bukan kuasa manusia,
Setiap jiwa bisa berusaha sedemikian rupa,
Tapi ketika rasa membuncah tak terkira namun sebelah,
Sebuah lembaran sudah saatnya di tutup kembali.
Skenario Sang Maha dengan terhalangnya aneka jumpa;
Semacam pertanda usai sudah segala asa yang sempat mengangkasa,
Berhenti dari sketsa rasa di usia belia.
Setelah mentari pagi dengan semburat jingga,
Harusnya tak lagi ada pipi merona hanya karena namanya menjadi tangga teratas viewer insta,
Semestinya tak lagi memuja sang rangga yang mempesona sejak remaja,
Selayaknya semua sebatas euforia rasa masa belia.
Tuhan selalu punya cara,
Keajaiban semesta memang tak mampu di terka,
Tapi ada usaha dan upaya yang seharusnya di terima.
Berhenti misalnya.