Senin, September 24, 2012

PRP 2012


Pekan Raya Pendidikan 2012 BEM FKIP Untan
Menjadi Bagian Dari Rangkaian Dies Natalis Untan ke-53
“LKTI Tk.Nasional Dan Debat Pendidikan Tk.Provinsi
Bukti Nyata FKIP BISA!”


Penyelenggaraan Pekan Raya Pendidikan 2012 yang merupakan agenda tahunan BEM FKIP untan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena PRP tahun  ini menjadi bagian dari Dies Natalis Universitas Tanjungpura Ke-53. Tentu banyak pro kontra serta  berbagai tanggapan khususnya dari mayarakat FKIP sendiri seputar bergabungnya PRP dengan Dies Natalis Untan. Banyak pihak yang mempertanyakan eksistensi BEM FKIP itu sendiri dalam penyelenggaraannya. Pihak yang kontra mengatakan bahwa kegiatan PRP seakan bukan kegiatan FKIP dan tak terdengar gaungnya sama sekali. Tentu pernyataan  tersebut adalah kekeliruan yang sangat perlu diluruskan.
Agenda Pekan Raya Pendidikan 2012 terdiri dari LKTI Tingkat Nasional dan Debat Pendidikan Tingkat Provinsi Kalimantan Barat. Dua agenda dengan ruang lingkup/skala yang cukup besar yang  belum pernah diadakan oleh kampus orange tercinta di tahun-tahun sebelumnya. Dan hal yang perlu kita apresiasi bersama adalah bahwa kegiatan PRP 2012 bisa menjadi rangkaian kegiatan Dies Natalis Untan, yang berarti kegiatan ini dianggap layak dan berkualifikasi untuk menjadi rangkaian kegiatan sebesar Dies Natalis Untan. Dan disinilah sinergi antara kegiatan Fakultas dan Universitas.
Menanggapi komentar miring beberapa orang tentang kurang terdengarnya gaung kegiatan PRP, hal ini juga perlu kita klarifikasi bersama. Bahwa publikasi kegiatan PRP baik itu untuk LKTI dan Debat Pendidikan telah dilakukan semaksimal mungkin dengan mengoptimalkan berbagai media, baik berupa surat, pamphlet, baliho, sms, jejaring social, spanduk,dll. Semuanya bertujuan untuk mengekspos kegiatan FKIP ke pihak eksternal. Pihak panitia dan BEM FKIP telah berusaha menyebarkan info kegiatan baik di internal FKIP, dan pihak eksternal yang mencakup universitas-universitas yang ada di Kalbar dan Universitas Se-Indonesia lewat link IMAKIPSI (Ikatan Mahasiswa Keguruan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia).
Tentu hal yang sangat disayangkan jika agenda yang menasional ini dikerdilkan oleh kurang peka dan kurang pedulinya masyarakat FKIP itu sendiri terhadap kegiatan kampusnya. Jika diluar sana kegiatan PRP 2012  ini begitu luar biasa di telinga mahasiswa-mahasiswa kampus lain, alangkah sedihnya jika kita sendiri keluarga besar FKIP yang mengecilkan kegiatan yang kita miliki. Semuanya menjadi bahan evaluasi kita bersama, untuk dapat membesarkan kegiatan kita karena agenda PRP bukanlah agenda milik panitia PRP atau BEM FKIP semata, namun ini adalah agenda kita bersama yaitu agenda keluarga besar mahasiswa FKIP .
Dan pada akhirnya, sejuta kendala yang menerpa kepanitiaan di masa awal pembentukan dan sepanjang perjalanan pelaksanaan kegiatan dapat teratasi dengan cukup baik berkat bantuan dan kerjasama berbagai pihak yang mengantarkan suksesnya penyelenggaraan PRP 2012 . LKTI Tingkat Nasional yang diikuti oleh peserta dari berbagai utusan universitas setanah air, didapat 3 finalis terbaik yang berhak mempresentasikan karya ilmiahnya dihadapan para juri yang terdiri dari Dr.Leo Sutrisno, Tulus Junanto,ST,M.Pd,M.Si, dan Gusti Deky Junihadi,S.Pd. Berdasarkan penilaian juri didapat pemenang LKTI sebagai berikut:
1.      Juara I dari Universitas Brawijaya Malang
2.      Juara II dari Universitas Negeri Yogyakarta
3.      Juara III dari Universitas Udayana Denpasar, Bali.
Dan untuk Debat Pendidikan Se-Kalimantan Barat, yang diikuti oleh 16 tim utusan dari Hima/UKM FKIP, Fakultas se-Unjtan, dan berbagai universitas Se-Kalbar didapat 3 pemenagnya yaitu:
  1. Juara I dari HIMDIKA FKIP Untan
  2. Juara II dari ESA FKIP Untan
  3. Juara III dari HMPF FKIP Untan
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Rektor Universitas Tanjungpura, Dekan FKIP Untan, Pembantu Dekan III FKIP Untan, panitia Dies Natalis Untan ke-53, sponsor, dan semua pihak  yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang memotivasi kami kala api semangat itu nyaris padam. Semoga apa yang telah berlalu tak sekedar numpang lewat dalam catatan sejarah kegiatan mahasiswa FKIP Untan. Semoga tinta emas yang telah coba kami tuliskan dapat membangkitkan kembali eksistensi kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk mengasah kemampuan kritis, cerdas,ilmiah, dan beretika di kalangan mahasiswa . Semoga di kegiatan PRP di tahun mendatang dapat semakin mewarnai kecemerlangan kampus ini. Amin (fa)
Hidup Mahasiswa!





Nangka Jaya Selalu Berjaya*


Nangka Jaya Selalu Berjaya*
Oleh: Siti Fatimah f05108021
Menteri pendidikan bem fkip untan 2011/2012
(Di terbitkan dalam BULETIN PENDIDIKAN (BULPEN) FKIP UNTAN EDISI V 2012)

Di balik semua aneka derita yang terhampar menyapa
Ada seni jiwa yang luar biasa menggugah rasa
Tentang mereka
Yang tetap melangkah di atas medan yang tak biasa
Tentang mereka yang tetap bersuka cita dengan segala yang ada
Tentang mereka
Yang tak henti tertawa menghadapi semua yang menyiksa
Dan karena mereka
Aku belajar dan menyadari
Betapa semua ini lebih dari luar biasa
Dan karenanya
Syukur tak terkira kupanjatkan pada Yang Maha Kuasa
Goresan takdir yang membawaku melangkah
Mengukir kisah di tanah nun jauh di sana
Aku siap kembali
Tentu dengan jiwa yang lebih kuat lagi (Fa.2012)


Bercerita tentang pengalaman, suka duka, dan sejuta kisah seputar KKN 2012 (Kuliah Kerja Nyata) FKIP Untan, tentu banyak hal yang membekas dan terukir jelas dalam memori tiap mahasiswa yang telah menjalani KKN tersebut. Pada tulisan ini saya mewakili mahasiswa KKN 2012 akan sedikit berbagi kisah yang semoga tak sekedar menjadi nostalgia semata untuk kita semua .
Mendapat penempatan lokasi KKN di desa Nangka tentu tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kondisi geografis yang jauh dari pusat Kecamatan dengan sinyal hp yang terbatas dan nyaris tidak ada tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menjalani KKN.  Rutinitas harian yang dijalani selama hampir dua bulan yang berbeda jauh dengan di kota tempat biasa berada cukup membuat raga tak kuasa tuk bertahan terlalu lama di desa ini, semakin menguatkan keinginan hati tuk segera kembali ke kota dan menjalani hari-hari seperti sedia kala. Ya, itulah sekilas perasaan yang menghantui jiwa saat pertama berada di desa ini. Seperti kata pepatah “Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”. Begitu pun awalnya perasaan saya yang mendengar kisah dari beberapa teman yang mendapat penempatan lokasi KKN di pusat kota/kecamatan, dengan sinyal operator seluler yang melimpah, kondisi rumah/camp yang nyaman dengan fasilitas yang memadai, yang tentu berbeda 180 ° dengan kondisi saya.
Namun semua rasa tak mengenakkan itu hanya terjadi di awal kedatangan. Memasuki minggu kedua hingga waktu terakhir KKN, kecintaan terhadap desa ini semakin membuncah. Keramahan penduduk desa yang luar biasa, keindahan dan kesejukan alam khas pedesaan, air jernih yang mengalir dari pegunungan, dan semua keindahan yang tak akan mudah dijumpai di perkotaan, menyatu berpadu dalam dada. Seketika semua rasa tak biasa yang dirasa di awal berganti menjadi rasa luar biasa bahagia bisa menjadi bagian dari masyarakat Desa Nangka.
Semangat para peserta didik, baik itu siswa SD maupun SMP yang berada di desa Nangka menjadi motivasi dan inspirasi tersendiri untuk para calon guru, betapa sesungguhnya pengabdian menjadi seorang pendidik seharusnya tidak dibatasi daerah dan dihalangi terjalnya kondisi geografis yang membentang. Ya, untuk saya dan semua calon guru yang sebentar lagi akan mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah selayaknyalah untuk siap ditempatkan untuk mengajar di daerah mana saja, tanpa harus “bertumpuk” di kota. Karena masih banyak daerah yang kekurangan tenaga guru. Ketakutan untuk mengajar di daerah terpencil harus terkikis dan perlahan hilang berganti menjadi kesiapan untuk mengabdikan diri di daerah-daerah terpencil. Karena mereka yang berada di desa nun jauh di sana dan mereka yang berada di kota, sesungguhnya mempunyai hak menerima pendidikan yang sama. Mungkin berat awalnya, untuk berpisah jauh dari keluarga tercinta. Tapi kebahagiaan dan panggilan jiwa seorang guru yang akan membuat semuanya terasa bermakna.
Desa nangka dan semua tentangnya, yang menyadarkan saya bahwa menjadi guru adalah seni jiwa tersendiri. Berjuta pelajaran dan pengalaman berharga yang saya bawa pulang untuk menjadi penyemangat menjalani sisa waktu menuju sarjana. Dan pada akhirnya tiba waktunya untuk mengaplikasikan ilmu yang tlah didapat di bangku kuliah dalam kehidupan nyata bermasyarakat. Melunasi janji kemerdekaan yang belum tutas”mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tugas dan kewajiban kita sebagai putra putri terbaik bangsa untuk meminimalisir ketimpangan pendidikan yang dirasakan oleh peserta didik di daerah dan di kota. Sehingga, semoga kita tak lagi takut dan siap menjadi guru di daerah. Semoga dan semoga.

*Desa Nangka adalah satu diantara desa yang berada di Kecamatan Menjalin Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

Mengembalikan Panggilan Jiwa Seorang Guru


Mengembalikan Panggilan  Jiwa Seorang Guru 
Oleh : Siti Fatimah F05108021 
Menteri Pendidikan BEM FKIP Universitas Tanjungpura Periode 2011/2012 
(Diterbitkan di Buletin Pendidikan (Bulpen) FKIP Untan Edisi Khusus Mei 2012)

Hidup ini adalah pilihan, begitu kata sang bijak berujar. Memang benar adanya, setiap hal yang kita lalui dalam perjalanan panjang kehidupan ini, tentu merupakan sebuah pilihan yang kita ambil dari sekian banyak pilihan yang tersaji di depan mata. Begitu pula pilihan dalam hal studi serta jenjang karir, yang tak bisa dipungkiri merupakan sebuah pilihan yang diambil dengan berbagai pertimbangan matang yang ditinjau dari berbagai aspek, karena pilihan ini akan cukup menentukan dan memberi warna tersendiri pada kehidupan mendatang.
Begitu pula dalam memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tentu beraneka pertimbangan yang menjadi dasar pemikiran seseorang sebelum menetapkan hati untuk memilih jurusan dan program studi tertentu. Jika kita mencoba menengok kebelakang sebentar, ke beberapa tahun silam, saat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan berbagai jurusan dan program studi di dalamnya menjadi satu diantara Fakultas yang sepi peminat dan menjadi pilihan terakhir seorang calon mahasiswa. Ya, kurangnya kesejahteraan guru, minimnya penghargaan terhadap profesi guru yang ditandai dengan rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) seorang guru menjadi beberapa penyebabnya.
Namun semua hal tersebut berbalik ketika Undang-Undang Guru dan Dosen telah diatur tersendiri oleh Pemerintah yang menjadikan profesi guru sejajar dengan profesi lainnya serta kesejahteraan guru semakin meningkat dengan adanya program sertifikasi guru. Seketika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi kampus primadona yang menjadi tujuan utama setiap mahasiswa baru yang akan mendaftar untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Setiap jurusan dan program studi di FKIP menjadi pilihan favorit sehingga persaingan mendapatkan kursi sebagai mahasiswa FKIP semakin berat. Setiap calon mahasiswa harus bersaing ketat dengan ratusan bahkan ribuan calon mahasiswa lainnya  dalam memperebutkan kesempatan menempuh studi di kampus yang akan menelurkan para pendidik ini.
Para guru dan calon guru dinegeri ini sejenak bersuka cita dengan adanya “penghargaan” terhadap profesi guru. Bayangan hidup sejahtera dengan gaji besar mungkin menjadi satu alasan  yang cukup menyilaukan mata untuk memilih profesi ini. Sehingga tak bisa dipungkiri, mungkin saja ada segelintir mahasiswa FKIP yang merupakan calon pendidik bangsa yang memilih profesi ini dengan orientasi materi semata. Harapan setelah kuliah langsung menjadi guru dengan gaji besar mungkin menjadi alasan yang perlu diluruskan kembali.
Menjadi guru tentu bukanlah sekedar  persoalan gaji dan kesejahteraan yang dijanjikan semata. Bukan pula pilihan terakhir saat semua profesi tak mampu digeluti. Tentu juga bukan dengan “terpaksa” menjadi guru hanya agar tidak tidak dikatakan sebagai pengangguran, atau berbagai alasan-alasan keliru lainnya. Motivasi dan tujuan dalam memilih profesi ini harus diresapi dan dimaknai secara tulus, ikhlas, penuh penghayatan, sebagai tanggung jawab moral anak bangsa terhadap negerinya dalam menuntaskan cita-cita luhur pendiri negeri yang tertulis dengan jelas dalam Pembukann UUD’45 serta dibacakan dengan lantang setiap upacara Bendera di senin pagi : “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Profesi guru adalah panggilan jiwa, kata hati nurani dan seni tersendiri yang begitu indah bagi yang menikmati dan meresapi maknanya . Interaksi antara guru dan siswa merupakan sebuah kisah sarat makna dengan warna warni yang menghiasi di dalamnya. Semua guru atau calon guru tentu harus memaknai profesi ini sebagai panggilan jiwa, sehinga  diharapkan dapat memberikan yang terbaik terhadap setiap proses belajar mengajar yang berlangsung.
Mungkin ada beberapa hal yang cukup membuat hati ini teriris saat sejenak melihat kondisi guru di lapangan. Tak sedikit guru yang masih berada jauh dari kata sejahtera. Masih banyak pendidik negeri ini yang harus memeras keringatnya dengan pekerjaan sambilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena masih rendahnya gaji yang diterima. Ya, hal ini masih berlaku untuk para guru honor yang gajinya masih jauh dari Upah Minimum Regional (UMR). Sedangkan untuk menjadi guru PNS tentu tak semudah membeli obat batuk di pasaran yang tersedia dalam jumlah banyak. Berbagai upaya pemerintah dalam usaha mensejahterakan guru memang patut di apresiasi. Wacana adanya program Pendidikan Profesi Guru juga semoga dapat meningkatkan profesionalisme guru serta pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan guru.
Berbagai fakta dan realita yang bicara seputar kesejahteraan guru yang tak merata, terkadang menimbulkan “pergeseran” niat dan tujuan yang awalnya mulia untuk menjadi bagian dari komunitas pendidik ini, berubah haluan untuk berusaha mencari profesi lain dengan gaji yang lebih tinggi dan berbagai pertimbangan “prestise” lainnya. Seperti yang telah dipaparkan diatas, menjadi guru adalah panggilan jiwa, bukan mengejar sertifikasi semata. Menjadi guru adalah pengabdian, bukan pelarian. Menjadi guru adalah pengukir masa depan bangsa, bukan pilihan terakhir setelah ditolak sana sini.
Semoga semua elemen negeri segera berbenah, karena tanggung jawab untuk memperbaiki wajah pendidikan negeri kita tercinta ini berada di pundak kita masing-masing. Tanggung jawab moral kita sebagai putra-putri terbaik bangsa ini untuk mengembalikan “wibawa” bangsa di mata dunia. Dan guru sebagai garda terdepan pendidikan negeri semoga dapat meresapi peran dan fungsi vitalnya dalam mencetak generasi tangguh, cerdas, bermoral dan senantiasa ingat Tuhan.
Salam mahasiswa!

Jumat, September 14, 2012

14 September 2012

Bismillah
Dengan menyebut nama Tuhanku,Allah Yang Maha Kuasa
Yang nikmatnya tak terkira
yang kasihnya tak henti menyapa

Rabbi
Engkau pemilik jiwa raga ini
Engkau pemilik diriku seutuhnya
Engkau yang tahu bagaimanaaa jiwaa ini berada

mataku tak kan sanggup menyingkap tabir ghaib ke-Maha-an Mu Ya Rabb
Namun jadikanlah Hatiku tuk sanggup membaca  pertandaa dariMu
 jika rasa itu nyata,dan benar adanya
mohon perkenankanlah Ya Rabb
nAmun jika keliru ternyata
kuatkanlah Ya Allah







Aku bukan apa-apa,tak punya apa-apa
aku bukan siapa-siapa, tak punya siapa-siapa
namun aku percaya
aku punya segalanya
karena aku punya Tuhan Yang Maha segala Maha

dan jikaa takdir qt berkata berbeda
semoga tak tercipta luka yang menganga
Amin