pada satu titik tumpuan berdiri yang masih saja sama,
termenung termangu menatap bayangan janji dan kisah esok hari yg kita lukis,
kelak,
entah benar atau sekedar buah cerita dari alam khayal entah iya entah tidak,
ah,
lambat sudah kita mengakui,
kita memang berjalan dan berlari,
iya,
berjalan ditempat kemudian berlari ditempat,
peluh mengucur menguras energi memang,
tapi tetap tak beranjak pergi tuk saling menghampiri,
tetap disini,
di titik tumpuan kita masing-masing,
tak henti,
logika berputar kesana kemari,
mengajak hati melangkah pergi,
pada tangan yang menggapai menanti,
tapi apa lacur,
kaki tak jua mau dibawa berlari,
terbuai oleh janji yang tak kunjung kita tepati,
mata terlanjur tertutup,
sulit meski dipaksa untuk melihat realita menyayat,
telinga terlanjur terkunci,
tak bisa lagi diajak mendengar suara aliran neurotransmitter yang berontak,
kelak,
saat raga masih tetap ditempat,
duhai Sang Pemilik seluruh jiwa
kumohon jemput pulang untuk menenangkan dan ditenangkan.
amin.